Rabu, 06 Maret 2013

Opini Individu "Orang Indonesia"

Menurut ku, lirik lagu iwan fals mengandung makna yang sangat luas dan besar. Apalagi jika kita mendengarkan sebuah lagu nya Iwan Fals berulang kali, maka kita akan menemukan makna dan nilai dari setiap kata yang Iwan Fals sematkan dalam lirik nya.

Saya menemukan hal itu, seperti kata Air Mata Api, itu memiliki makna dendam yang tersimpan dalam tangis dan emosi yang membara.
Lalu lirik dalam lagu Ada Lagi yang Mati yang berbicara "Ia berdua ikat tali Saudara" dalam lagu lain untuk menyebutkan subjek lebih dari satu atau jamak, kebanyakan menggunakan kata "Mereka", tetapi tidak dengan Iwan Fals, legenda hidup itu menggunakan kata "Ia berdua". Kata tersebut jarang - jarang kita dengar, itu hebatnya Iwan Fals.

Lagu "Semoga Kau tak Tuli Tuhan" itu adalah kata - kata yang terdengar sangar, terdengar menghemaskan hati, namun  kita meng-iya-i dalam hati dengan lirih.

Saya berharap agar Iwan Fals menciptakan lagu dengan tema PSSI yang lagi ribut, Kehebatan Jokowi - Ahok, dan yang berhubungan dengan yang terjadi saat ini.

hahhhh.................
ini lah sebagian kecil dari banyak kehebatan Iwan Fals

"Damai Kami Sepanjang Hari"

Condet "Iwan Fals"

Kubuka jendela
Sapa angin pagi
Ringan kau melangkah
Songsong hidup ini

Hela lenguh lembu
Halau burung burung
Bocah tawa riang
Canda di kali yang jernih

Bila malam
Tembang di purnama
Yang memberi semangat
Hidup esok hari

Kubuka jendela
Maki angin pagi
Berat kau melangkah
Tuk dapatkan kesempatan

Roda teknologi
Enyahkan pedati
Bias rumah kaca
Lubangi paru bumi

Syair Ronggowarsito
Jerit dan keringat
Gemuruhnya Rolling Stones

Api revolusi
Haruskah padam
Digantikan figur yang tak pasti

Bongkar "Iwan Fals"



    Iwan Fals
    Bongkar

    Kalau cinta sudah di buang
    Jangan harap keadilan akan datang
    Kesedihan hanya tontonan
    Bagi mereka yang diperkuda jabatan

    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar

    Sabar sabar sabar dan tunggu
    Itu jawaban yang kami terima
    Ternyata kita harus ke jalan
    Robohkan setan yang berdiri mengangkang

    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar

    Penindasan serta kesewenang wenangan
    Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
    Hoi hentikan hentikan jangan diteruskan
    Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

    Dijalanan kami sandarkan cita cita
    Sebab dirumah tak ada lagi yang bisa dipercaya
    Orang tua pandanglah kami sebagai manusia
    Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta

    Oh oh

    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar
    Oh oh ya oh ya oh ya bongkar

    Kok bisa?
    Bisa kok

Bento "Iwan Fals"

Namaku Bento rumah real estate
Mobilku banyak harta berlimpah
Orang memanggilku boss eksekutif
Tokoh papan atas atas segalanya

Asyik

Wajahku ganteng banyak simpanan
Sekali lirik oke sajalah
Bisnisku menjagal jagal apa saja
Yang penting aku senang aku menang

Persetan orang susah karena aku
Yang penting asyik sekali lagi

Asyik

Khotbah soal moral omong keadilan
Sarapan pagiku
Aksi tipu tipu lobying dan upeti
Woow jagonya

Maling kelas teri bandit kelas coro
Itu kantong sampah
Siapa yang mau berguru datang padaku
Sebut tiga kali namaku Bento Bento Bento

Asyik

Oh Ya ! "Iwan Fals"

Andaikata aku di mobil itu
Tentu tidak di bus ini
Seandainya aku rumah itu
Tentu tidak di gubuk ini

A a a andaikata
Se se se seandainya
Oh ya!

Kalau saja aku jadi direktur
Tentu tidak jadi penganggur
Umpamanya aku dapat lotere
Tentu saja aku tidak kere

Ka ka ka kalau saja
U u u umpamanya
Oh ya!

Oh ya! Ya nasib
Nasibmu jelas bukan nasibku
Oh ya! Ya takdir
Takdirmu jelas bukan takdirku

Oh ya! Ya nasib
Nasibmu jelas bukan nasibku
Oh ya! Ya takdir
Takdirmu jelas bukan takdirku

Aku bosan

A a a andaikata
Se se se seandainya
Ka ka ka kalau saja
U u u umpamanya
Oh ya!

Oh ya! Ya nasib
Nasibmu jelas bukan nasibku
Oh ya! Ya takdir
Takdirmu jelas bukan takdirku

Oh ya! Ya nasib
Nasibmu jelas bukan nasibku
Oh ya! Ya takdir
Takdirmu jelas bukan takdirku

La la la
La la la
La la la la la la la la la la la la la

La la la
La la la
La la la la la la la la la la la la la

Nona "Iwan Fals"

Sudah cukup jauh
Perjalanan ini
Lewati duka lewati tawa
Lewati segala persoalan

Kucoba berkaca
Pada jejak yang ada
Ternyata aku sudah tertinggal
Bahkan jauh tertinggal

Bodohnya diriku
Tak percaya padamu
Lalu sempat aku berfikir
Untuk tinggalkan kamu

Nona maafkan aku
Nona peluklah aku
Nona begitu perkasanya dirimu

Yakiniku

Nona marahlah padaku
Nona
Nonaku

Aku tak peduli
Apa kata mereka
Hari ini engkau disini
Esok tetap disini

Nona maafkan aku
Nona peluklah aku
Nona begitu perkasanya dirimu

Yakiniku

Nona marahlah padaku
Nona
Nonaku

Nona maafkan aku

Nona nona nona nonaku
Nona nona nona nonaku

Nyanyian Jiwa "Iwan Fals"

Nyanyian jiwa
Bersayap menembus awan jingga
Mega mega
Terburai diterjang halilintar

Mata hati
Bagai pisau merobek sangsi
Hari ini
Kutelan semua masa lalu

Biru biru biru biruku
Hitam hitam hitam hitamku

Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri oh

Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah

Menjeritlah
Menjeritlah selagi bisa
Menangislah
Jika itu dianggap penyelesaian

Biru biru biru biruku
Hitam hitam hitam hitamku

Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri ohoh

Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah

15 Juli 1996 "Iwan Fals"

Kalau kau datang
Hatiku senang
Berbunga bunga

Bulan dan bintang
Terangi malam
Sehabis hujan

Saling bicara
Tukar cerita
Berbagi rasa

Aku disini
Tetap di tepi
Masih bernyanyi

Dunia sedang dilanda kalut
Alam semesta seperti merintih
Kau dengarkah?

Aku tak bisa
Untuk tak peduli
Hati tersiksa

Aku bersumpah
Untuk berbuat
Yang aku bisa

Harus ada yang dikerjakan
Agar kehidupan berjalan wajar
Hidup hanya sekali wahai kawan
Aku tak mau mati dalam keragua

Orang Gila "Iwan Fals"

Waktu pulang
Malam malam
Sendiri
Sendiri

Orang gila di lampu penyeberangan
Jam dua malam
Lewat pada saat lampu sedang merah
Tepat ditengah tengah zebra cross

Irama langkahnya tidak berubah
Seperti lagu lama
Yang aku dengar menuju pulang
Sendirian

Orang gila di lampu penyeberangan
Rambutnya gimbal
Kumis dan jenggotnya jarang jarang
Membawa gembolan
Entah gombalan
Atau makanan

Melangkah terus lurus kedepan
Melangkah terus lurus kedepan

Orang gila di lampu penyeberangan
Apa kabar?
Siapa yang menyapa kamu diam
Tersenyum tidak menangis tidak
Kamu sapa siapa saja
Selamat malam
Selamat malam

Orang gila di lampu penyeberangan
Orang gila di lampu penyeberangan
Melangkah terus lurus kedepan
Melangkah terus lurus kedepan
Kamu sapa siapa saja
Selamat malam
Selamat malam

Panggilan dari Gunung "Iwan Fals"



    Panggilan dari gunung
    Turun ke lembah lembah
    Kenapa nadamu murung
    Langkah kaki gelisah

    Matamu separuh katup
    Lihat kolam seperti danau
    Kau bawa persoalan
    Cerita duka melulu

    Disini menunggu
    Cerita yang lain
    Disini menunggu
    Cerita yang lain
    Menunggu

    Berapa lama diam
    Cermin katakan bangkit
    Pohon pohon terkurung
    Kura kura terbius

    Disini menunggu
    Cerita yang lain
    Disini menunggu
    Cerita yang lain
    Menunggu

Paman Doblang "Iwan Fals"

Paman Doblang paman Doblang
Mereka masukkan kamu kedalam sel yang gelap
Tanpa lampu tanpa lubang cahaya
Oh pengap

Ada hawa tak ada angkasa ( terkucil )
Temanmu beratus ratus nyamuk semata ( terkunci )
Tak tahu kapan pintu akan terbuka
Kamu tak tahu dimana berada

Paman Doblang paman Doblang
Apa katamu?

( ...Ketika haus aku minum air dari kaleng karatan
Sambil bersila aku mengarungi waktu
Lepas dari jam, hari dan bulan Aku dipeluk oleh wibawa... )

Tidak berbentuk, tidak berupa, tidak bernama
Aku istirahat disini
Tenaga gaib memupuk jiwaku

Paman Doblang paman Doblang
Di setiap jalan menghadang mastodon dan srigala
Kamu terkurung dalam lingkaran
Para pangeran meludahi kamu dari kereta kencana

Kaki kamu dirantai kebatang karang
Kamu dikutuk dan disalahkan tanpa pengadilan
Paman Doblang paman Doblang
Bubur di piring timah didorong dengan kaki kedepanmu

Paman Doblang paman Doblang
Apa katamu?

Kesadaran adalah matahari
Adalah matahari adalah matahari

Kesabaran adalah bumi
Adalah bumi adalah bumi

Keberanian menjadi cakrawala
Menjadi cakrawala menjadi cakrawala

Dan perjuangan
Adalah pelaksanaan kata kata
Adalah pelaksanaan kata kata

Kesadaran adalah matahari
Adalah matahari adalah matahari

Paman Doblang paman Doblang
Apa katamu

Para Tentara "Iwan Fals"

Para tentara jangan pukul kami
Kami tak kuat menahan rasa sakit
Kami disini atas dasar nurani
Atas dasar akal sehat kami yang terus menjerit
Ingin berbuat

Para tentara jangan siksa teman kami
Kami tak kuat untuk membayangkan semuanya
Kami disini karena kami tahu
Mana baik mana buruk benar dan salah
Percayalah

Para tentara kamu kan manusia
Bukan robot apalagi boneka
Para tentara kamu kan beragama
Punya tuhan setidaknya punya cinta
Mengertilah

Para tentara nasib kita sama
Sama sama keras sama sama cadas
Kami mengerti kalau kamu mau mengerti
Karena hati sudah terlanjur tersiksa
Bijaksanalah

Para tentara tidakkah kau melihat
Media massa berlumuran darah
Para tentara tidakkah kau merasa
Kami muak dengan kekerasan
Oh ya berhentilah

Yang kamu banggakan
Hancur sudah
Sia sia senjatamu yang menakutkan
Sia sia kemenangan yang kau raih

Gelombang cinta gelombang kesadaran
Merobek langit yang mendung
Menyongsong hari esok yang lebih baik

Gelombang cinta gelombang kesadaran
Merobek langit yang mendung
Menyongsong hari esok yang lebih baik

Orang - orang Kalah "Iwan Fals"

Malam yang gelap mencekik bumi
Anjing menggonggong bayi merintih
Orang dipaksa saling memojokkan
Buta langkah buta mata hatinya

Hati yang menganga
Kosong tak berdarah
Tidak bercahaya

Manusia sembunyi dibalik wajahnya
Kata kata suci berubah makna
Hukum rimba telah menjadi dewa
Siapa kalah terkubur hidupnya

Mayat mayat hidup
Sumbang suaranya
Dimana tempatnya?

Mereka yang telah kalah
Terkapar tak berdaya
Mencoba mengucap doa
Berserakan dijalan menjadi srigala

Orang kalah
Jangan dihina
Dengan cinta
Kita bangunkan

Dikamar aku berkaca
Tampak wajah yang asing
Mentertawakanku

Aku terdiam
Aku merasa
Pernah juga kalah

Siang yang kering terasa menyiksa
Hati yang kering terlunta lunta
Hentikan caci maki tak berguna
Dimata tuhan kita tak berbeda

Dengarlah suara
Mengajak kita
Berbagi duka

Mereka yang pernah kalah
Belum tentu menyerah
Memang jangan menyerah
Masih banyak lagi yang bisa dikerjakan

Orang kalah
Jangan dihina
Dengan cinta
Kita bangunkan

Dikamar aku berkaca
Tampak wajah yang asing
Mentertawakanku

Aku terdiam
Aku merasa
Aku terdiam
Aku terdiam
Aku terdiam
Aku terdiam
Aku merasa
Pernah juga kalah


Perempuan Malam "Iwan Fals"

Perempuan malam mandi di kali
Buih buih busa sampo ketengan
Di atas kepala lewat kereta
Yang berjalan lamban nakal menggoda

Disambut tawa renyah memecah langit
Dengus kereta semakin hening

Semua noda coba dibersihkan
Namun masih saja terlihat kotor
Karena kereta kirimkan debu
Yang datang tak mampu ia tepiskan

Perempuan malam kenakan handuknya
Setelah usap seluruh tubuhnya

Hangatkan tubuh di cerah pagi
Pada matahari
Keringkan hati yang penuh tangis
Walau hanya sesaat

Segelas kopi sebatang rokok
Segurat catatan yang tersimpan
Perempuan malam menunggu malam
Untuk panjangnya malam

Perempuan malam diikat tali
Di hidup di mimpi di hatinya
Aku hanya lihat dari jembatan
Tanpa mampu untuk melepaskan

Perempuan malam dipinggir jerami
Nyanyikan doa nyalakan api

Perempuan malam dipinggir jerami
Nyanyikan doa nyalakan api

Pesawat Tempurku "Iwan Fals"

Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar

Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu

Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum

Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur



Hei... kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi

Sebentar saja nona, sebentar saja hanya sebentar



Rayuan mautku tak membuat kau jadi galak

Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak



Kalau saja aku bukanlah penganggur sudah kupacari kau

Jangan bilang tidak, bilang saja iya...

Iya lebih baik daripada kau menangis



Penguasa...penguasa...

berilah hambamu uang

Beri hamba uang 2x



Oh.. ya andaikata dunia tak punya tentara

Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya

Oh...ya andaikata tak punya tentara

Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya



Oh... ya andaikata dana perang buat diriku

Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum

Kalau hanya senyum yang engkau berikan

Westerling pun tersenyum



Oh... singgahlah sayang ...pesawat tempurku

Mendarat mulus didalam sanubarik

Senin, 04 Maret 2013

Siang Seberang Istana "Iwan Fals"

Seorang anak kecil bertubuh dekil
Tertidur berbantal sebelah lengan
Berselimut debu jalanan

Rindang pohon jalan menunggu rela
Kawan setia sehabis bekerja
Siang di seberang sebuah istana
Siang di seberang istana sang raja


Reff I:
Kotak semir mungil dan sama dekil
Benteng rapuh dari lapar memanggil
Gardu dan mata para penjaga
Saksi nyata....... Yang sudah terbiasa

Tamu negara tampak terpesona
Mengelus dada gelengkan kepala
Saksikan perbedaaan yang ada

Reff II:
Sombong melangkah istana yang megah
Seakan meludah di atas tubuh yang resah
Ribuan jerit di depan hidungmu
Namun yang ku tau.... Tak terasa terganggu


Kembali ke: reff I & reff II

Gema azan ashar sentuh telinga
Buyarkan mimpi si kecil siang tadi
Dia berjalan malas melangkahkan kaki
Di raihnya mimpi di genggam tak di letakkan...
Lagi...

Buku Ini Aku Pinjam "Iwan Fals"


Dia tahu....... dia rasa..........
Cinta ini milik kita   

Dikantin depan kelasku disana kenal dirimu
Yang kini tersimpan dihati jalani kisah sembunyi
Dihalte itu kutunggu senyum manismu kekasih
Usai dentang bel sekolah kita nikmati yang ada

Seperti hari yang lain
Kau senyum tersipu malu
Ketika ku sapa engkau
Genggamlah jari ................ Genggamlah
hati .................... ini

Memang usia kita muda namun cinta soal hati
Biar mereka bicara
Telinga kita terkunci

Dia tahu ............... dia rasa...............
Maka tersenyumlah kasih ..................
Tetap langkah .............. Jangan hentikan ..............
Cinta ini milik kita ..................
he'eh....................

Buku ini aku pinjam kan kutulis sajak indah
Hanya untukmu seorang .................
Tentang mimpi-mimpi malam


Nyanyianmu "Iwan Fals"

Kau petik gitar nyanyikan lagu
Perlahan usap hatiku
Terucap janji ku untukmu
Tenggelam ku di tembangmu

Tulikanlah kedua telingaku
Butakanlah kedua bola mataku
Agar tak kulihat dan kudengar
Kedengkian yang mungkin benam

Memang aku jatuh
Dalam cengkeramanmu
Sunggu aku minta

Teruskanlah kau bernyanyi
Kan ku dengar itu pasti
Teruskanlah kau bernyanyi
Dan jangan lagumu terhenti

Ada Lagi yang Mati "Iwan Fals"

Aku lihat orang yang mati
Diantara tumpukkan sampah
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam

Depan pasar dekat terminal
Pagi itu orang berkerumun
Melihat mayat yang membusuk
Tutup hidung sesekali meludah

Aku lihat orang menangis
Disela gaduhnya suasana
Segera aku menghampiri
Dengan bimbang ku bertanya padanya

Rupanya yang mati sang teman
Teman hitam hidup sepaham
Hanya kisah yang dilewati
Ia berdua ikat tali saudara

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala

Sisa darah orang yang mati
Disimpannya didalam hati
Lalu dia seperti batu
Sampai malam sampai semuanya pergi

Depan pasar dekat terminal
Ada lagi orang yang mati
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala

Dendam ada dimana-mana
Dijantungku dijantungmu
Dijantung hari-hari . . . . . . .
Dendam ada dimana-mana . . . . . . . . . . .

Rinduku "Iwan Fals"



    Tolong rasakan ungkapan hati
    Rasa saling memberi
    Agar semakin erat hati kita
    Jalani kisah yang ada

    Ku tak pernah merasa jemu
    Jika kau selalu disampingku
    Begitu nyanyian rinduku
    Terserah apa katamu

    Rambutmu
    Matamu
    Bibirmu
    Ku rindu

    Senyummu
    Candamu
    Tawamu
    Ku rindu

    Beri aku waktu sedetik lagi
    Menatap wajahmu
    Esok hari ini atau nanti
    Mungkin tak kembali

Salah Siapa "Iwan Fals"

Kala surya kan tiba
Tuk menyinari semua
Isi alam semesta

Embun pagi gelisah
Enggan untuk berpisah
Ingin lenyapkan hati yang resah

Jauh jauh kau datang
Hanya untuk memandang
Betapa indah alam

Sekejap kau terdiam
Saat senja kan jelang
Tangis perpisahan tak tertahan

Oh
Adakah semua ini Engkau ciptakan
Berapa dosa yang telah ia lakukan
Tiada damai di hati ia rasakan

Siapa kan menjawabnya?
Jika ia ingin bertanya

Salahku dimana?
Tunjukkan dimana?
Yang ini salah siapa?

Yang Tersakiti "Iwan Fals"

Terhempas ku terjaga
Dari lingkar mimpi
Pada titik sepi

Suaramu terngiang
Menembus khayalku
Yang juga tentangmu

Dan ku akui tanpa kemunafikan
Ku cinta kau
Bahwasannya keakuanku bersumpah
Ku cinta kau

Bayangmu menghantui
Setiap gerakku
Dan kemauanku

Dahagaku akanmu
Matikan emosi
Juga ambisiku

Dan ku akui tanpa kemunafikan
Ku cinta kau
Bahwasannya keakuanku bersumpah
Ku cinta kau

Jumat, 01 Maret 2013

Opini Individu "Orang Indonesia"

Menurut ku, lirik lagu iwan fals mengandung makna yang sangat luas dan besar. Apalagi jika kita mendengarkan sebuah lagu nya Iwan Fals berulang kali, maka kita akan menemukan makna dan nilai dari setiap kata yang Iwan Fals sematkan dalam lirik nya.

Saya menemukan hal itu, seperti kata Air Mata Api, itu memiliki makna dendam yang tersimpan dalam tangis dan emosi yang membara.
Lalu lirik dalam lagu Ada Lagi yang Mati yang berbicara "Ia berdua ikat tali Saudara" dalam lagu lain untuk menyebutkan subjek lebih dari satu atau jamak, kebanyakan menggunakan kata "Mereka", tetapi tidak dengan Iwan Fals, legenda hidup itu menggunakan kata "Ia berdua". Kata tersebut jarang - jarang kita dengar, itu hebatnya Iwan Fals.

Lagu "Semoga Kau tak Tuli Tuhan" itu adalah kata - kata yang terdengar sangar, terdengar menghemaskan hati, namun  kita meng-iya-i dalam hati dengan lirih.

Saya berharap agar Iwan Fals menciptakan lagu dengan tema PSSI yang lagi ribut, Kehebatan Jokowi - Ahok, dan yang berhubungan dengan yang terjadi saat ini.

hahhhh.................
ini lah sebagian kecil dari banyak kehebatan Iwan Fals

"Damai Kami Sepanjang Hari"

Mata Dewa "Iwan Fals"

Di atas pasir senja pantai kuta
Saat kau rebah di bahu kiriku
Helai rambutmu halangi khusukku
Nikmati ramah mentari yang pulang
Seperti mata dewa 3x

Aku berdiri tinggalkan dirimu
Waktu sinarnya jatuh di jiwaku
Gemuruh ombak sadarkan sombongku
Ajaklah aku wahai sang perkasa

Seperti mata dewa 4x

Yang menangis tinggalkan diriku }
Yang menangis lupakanlah aku } 2x
Senja di hati


Lidah gelombang jilati batinku
Belaian karang sampai ke jantungku
Hingga matahari ajak aku pergi
Kasihku tulus setulus indahmu

Seperti mata dewa 4x

Yang menangis tinggalkan diriku }
Yang menangis lupakanlah aku } 2x

Senja di hati

Rabu, 27 Februari 2013

Kupaksa Untuk Melangkah "Iwan Fals"

   G             Bm        C               D

* Ku langkahkan kakiku yang rapuh

       G           Bm     C         D

   Tinggalkan sepi kota asalku

     G   Bm             C              D

   Saat pagi buta sandang gitar usang

     G     Bm                  C       D

   Ku coba menantang keras kehidupan

     G       Bm             C            D

   Datangi rumah-rumah tak jemu

     G         Bm      C         D

   Petik tali-tali senar gitarku

     G    Bm             C                  D

   Dari tenda ke tenda warung yang terbuka

    G        Bm            C               D              G

   Lantang nyanyikan lagu oh memang kerjaku

Reff :

  Bm     C            D         G

Tak pasti jalur jalan hidup

Bm        C             D          G

Ku tunggu putaran roda nasib

 Bm     C                  D                 G

Ku coba paksakan untuk melangkah

         Bm          C            D                      G  Bm             C       D

Sementara kerikil-kerikil tajam menghadang        langkahku

  G             Bm        C               D

Ku langkahkan kakiku yang rapuh

    G           Bm     C         D

Tinggalkan sepi kota asalku

Interlude : Am D Am D Am D

                G Bm C D 4x G

         Bm          C            D                      G  Bm             C       D

Sementara kerikil-kerikil tajam menghadang        langkahku

Balik ke Reff

  G             Bm        C               D

Ku langkahkan kakiku yang rapuh

    G           Bm     C         D

Tinggalkan sepi kota asalku

  G       Bm             C            D

 Datangi rumah-rumah tak jemu

   G         Bm      C         D

 Petik tali-tali senar gitarku

Jendela Kelas Satu "Iwan Fals"

Duduk di pojok bangku deretan belakang
Di dalam kelas penuh dengan obrolan
Slalu mengacau laju hayalan,

Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Dari sana pula aku mulai mengenal
Seraut wajah berisi lamunan,

Bibir merekah dan merah selalu basah
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
Tinggi semampai gadis idaman

Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta


Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang ke kantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku

Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta..

Jangan Bicara "Iwan Fals"

Jangan bicara soal idealisme
Mari bicara berapa banyak uang di kantong kita
Atau berapa dahsyatnya
Ancaman yang membuat kita terpaksa onani
Jangan bicara soal nasionalisme
Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
Atau tentang kita yang buat
Bisul tumbuh subur
Di ujung hidung yang memang tak mancung

Jangan perdebatkan soal keadilan
Sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan
Jangan cerita soal kemakmuran
Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan polan

Lihat di sana... Di urip meratap
Di teras marmer direktur mutat
Lihat di sana... Si icih sedih
Di ranjang empuk waktu majikannya menindih

Lihat di sana.... Parade penganggur
Yang tampak murung di tepi kubur

Lihat di sana....... Antrian pencuri
Yang timbul sebab nasinya dicuri
Jangan bicara soal runtuhnya moral
Mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti
Atau tentang tanggung jawab
Yang kini dianggap sepi

Berikan Pijar Matahari "Iwan Fals"

Penyanyi / Artist : Iwan Fals

Terhimpit gelak tertawa
Diselah meriah pesta
Seribu gembel ikut menari
Seribu gembel terus bernyanyi

Keras melebihi lagu tuk berdansa
Keras melebihi gelegar halilintar
Yang ganas menyambar
Kuyakin pasti terlihat
Dansa mereka begitu dekat
Kuyakin pasti terdengar
Nyanyi mereka yang hingar bingar

Seolah kita tidak mau mengerti
Seolah kita tidak mau perduli
Pura buta dan pura tuli

Mari kita hentikan
Dansa mereka
Dengan memberi pijar matahari
Dengan memberi pijar matahari

Terkurung gedung gedung tinggi
Wajah murung yang hampir mati
Biarkan mereka iri
Wajar bila mencaci maki

Napas terasa sesak bagai terkena asma
Nampak merangkak degup jantung keras berdetak
Setiap detik sepertinya hitam
Tak sanggup aku melihat
Lukamu kawan dicumbu lalat
Tak kuat aku mendengar
Jeritmu kawan melebihi dentum meriam

22 Januari "Iwan Fals"

Dua dua Januari
Kita berjanji
Coba saling mengerti
Apa di dalam hati

Dua dua Januari
Tidak sendiri
Aku berteman iblis
Yang baik hati

Jalan berdampingan
Tak pernah ada tujuan
Membelah malam
Mendung yang selalu datang

Kudekap erat
Kupandang senyummu
Dengan sorot mata yang keduanya buta

Lalu kubisikkan
Sebaris kata kata putus asa
Sebentar lagi hujan

Dua buku teori
Kau pinjamkan aku
Tebal tidak berdebu
Kubaca selalu

Empat lembar fotomu
Dalam lemari kayu
Kupandang dan kujaga
Sampai kita jemu

Senin, 25 Februari 2013

Ada Lagi yang Mati "Iwan Fals"

Aku lihat orang yang mati
Diantara tumpukkan sampah
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam
Depan pasar dekat terminal
Pagi itu orang berkerumun
Melihat mayat yang membusuk
Tutup hidung sesekali meludah
Aku lihat orang menangis
Disela gaduhnya suasana
Segera aku menghampiri
Dengan bimbang ku bertanya padanya
Rupanya yang mati sang teman
Teman hitam hidup sepaham
Hanya kisah yang dilewati
Ia berdua ikat tali saudara

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala
Sisa darah orang yang mati
Disimpannya didalam hati
Lalu dia seperti batu
Sampai malam sampai semuanya pergi
Depan pasar dekat terminal
Ada lagi orang yang mati
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam
Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala
Dendam ada dimana-mana
Dijantungku dijantungmu
Dijantung hari-hari . . . . . . .
Dendam ada dimana-mana . . . . . . . . . . .

Ujung Aspal Pondok Gede "Iwan Fals"

di kamar ini aku dilahirkan
di bale bambu buah tangan bapakku
di rumah ini aku dibesarkan
dibelai mesra lentik jari ibuku
nama dusunku ujung aspal pondok gede
rimbun dan anggun
ramah senyum penghuni dusunku

kambing sembilan motor tiga
bapak punya
ladangnya luas habis sudah sebagai gantinya

sampai saat tanah moyangku
tersentuh sebuah rencana
demi serakahnya kota
terlihat murung wajah pribumi
terdengar langkah hewan bernyanyi

di depan masjid
samping rumah wakil pak lurah
tempat dulu kami bermain
mengisi cerahnya hari

namun sebentar lagi
angkuh tembok pabrik berdiri
satu persatu sahabat pergi
dan tak kan pernah kembal

Tak Pernah Terbayangkan "Iwan Fals"

    Tak pernah terbayangkan
    Bila harus berjalan tanpa dirimu
    Tak pernah terpikirkan
    Bila aku bernafas tanpa nafasmu
    Nafasmu

    Takdir sudah pertemukan kita
    Tuk berdua dan saling menjaga
    Dan tak mau aku melewati
    Semua ini tanpamu

    Kau hangatkan genggaman tanganku
    Dan berkata akulah milikmu
    Dan tak mau aku menjalani
    Dunia ini tanpamu

    Takdir sudah pertemukan kita



Sumbang "Iwan Fals"

 Kuatnya belenggu besi
Mengikat kedua kaki
Tajamnya ujung belati
Menujam di ulu hati
Sanggupkah tak akan lari walau akhirnya
Pasti mati

Di kepala tanpa baja di
Tangan tanpa senjata
Akh itu soal biasa yang
Singgah di depan mata kita

Lusuhnya kain bendera di
Halaman rumah kita
Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
Banyaknya persoalan yang datang tak
Kenal kasian menyerang dalam gelap

Memburu kala haru dengan
Cara main kayu
Tinggalkan bekas biru lalu
Pergi tanpa ragu
Setan-setan politik kan datang mencekik
Walau dimasa pacekik tetap mencekik

Apakah slamanya politik itu kejam?
Apakah selamanya dia datang
'Tuk menghantam?
Ataukah memang itu yang sudah
Digariskan?
Menjilat, menghasut, menindas
Memperkosa hak-hak sewajarnya

Maling teriak maling sembunyi balik
Dinding pengecut lari terkencing-kencing
Tikam dari belakang lawan lengah
Diterjang lalu sibuk mencari kambing
Hitam

Selusin kepala tak berdosa
Berteriak hingga serak didalam ngeri
Yang congkak lalu senang dalang
Tertawa...ha ha ha

Semoga Kau Tak Tuli Tuhan "Iwan Fals"

Begitu halus tutur katamu
Seolah lagu termerdu
Begitu indah bunga-bungamu
Diatas karya sulam itu
Tampilkan kebajikan seorang ibu

Dengarlah detak jantung benihku
Yang ku tanam dirahim mu
Seakan pasrah menerima
Semua warna yang kita punya,
Segala rasa yang kita bina

Ku harap kesungguhanmu,
Kaitkan jiwa bagai sulam dikarya itu
Ku harap keikhlasanmu,
Sirami benih yang ku tabur ditamanmu.

Oh jelas, rakit pagar semakin kuat
Tak goyah, walau diusik unggas.

Pintaku pada Tuhan mulia
Jauhkan sifat yang manja
Bentuklah segala warna jiwanya
Diantara lingkup manusia
Diarena yang bau busuknya luka

Bukakan mata pandang dunia
B'ri watak baja padanya
Kalungkan tabah kala derita

Semoga kau tak tuli Tuhan,
Dengarlah pinta kami sebagai orangtuanya

Serdadu "Iwan Fals"

isi kepala dibalik topi baja
semua serdadu pasti tak jauh berbeda
tak perduli perwira bintara atau tamtama
tetap tentara

kata berita gagah perkasa
apalagi sedang kokang senjata
persetan siapa saja musuhnya
perintah datang karangpun dihantam

serdadu seperti peluru
tekan picu melesat tak ragu
serdadu seperti belati
tak dirawat tumpul dan berkarat

umpan bergizi oh...perintah bapak
menteri
apakah sudah terbukti
bila saja masih ada buruknya kabar
burung
tentang siapa prajurit yang di kentit

lantang suaramu otot kawat tulang besi
susu telur, kacang ijo ekstra giji
runtuh dan tegaknya keadilan negeri ini
serdadu harus tau pasti

serdadu baktimu kami tunggu
tolong kantongkan tanpa serangmu
serdadu rabalah dada kami
gunakan hati jangan pakai belati

serdadu jangan mau disuap
karena ini jelas berantas
serdadu...oh...jangan lemah syahwat
tanah pertiwi tak sudi melihat

Aku Suka Kamu "Iwan Fals"

Susah...susah mudah kau kudekati

Kucari...engkau lari kudiam kau hampiri

Jinak burung dara justru itu kusuka

Bila engkau tertawa hilang semua duka

Gampang naik darah...omong tak mau kalah

Kalau datang senang...nona cukup ramah

Bila engkau bicara...setan logika

Sedikit keras kepala...ah dasar betina

Ku suka kamu...sungguh suka kamu

Kuperlu kamu...sungguh perlu kamu

Engkau aku sayang...sampai dalam tulang

Banyak orang bilang...aku mabuk kepayang

Aku cinta kamu

bukan cinta uangmu

Aku puja selalu setiap ada waktu

Ku suka kamu...sungguh suka kamu

Ku perlu kamu...sungguh perlu kamu